Hubungi Kami 0812 1720 9001

JAGALAH DIRI DAN KELUARGA !

By : S. Asadullah (Mudir Ma’had Al Ihsan  Baron)

Allah SWT berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)

Pelajaran yang dapat dipahami dari ayat tersebut, diantaranya :
1. Menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka adalah manifestasi keimanan. Dalam ayat tersebut, Allah SWT mengingatkan pada kita, akan keimanan sebelum memerintahkan untuk menjaga diri dan keluarga dari siksa neraka. Artinya, melaksanakan perintah Allah SWT membutuhkan dorongan keimanan.
Syaikh al-Sa’dy menjelaskan :

أي: يا من من الله عليهم بالإيمان، قوموا بلوازمه وشروطه.

“yakni, wahai siapa saja yang Allah beri keimanan padanya, tegakkan olehmu seluruh kewajiban-kewajiban dan syarat-syarat keimanan.”

Penjagaan diri dan keluarga dari api neraka harus didasarkan pada keimanan kepada Allah SWT, bukan sekedar karena cinta dan kasih sayang kita pada mereka. Dorongan keimanan inilah yang mewajibkan diri kita untuk terikat dengan aturan dan hukum Allah SWT.

2. Kedudukan penjagaan keluarga dari api neraka adalah sejajar dengan penjagaan diri sendiri. Termasuk kewajiban seorang mukmin ialah menjaga dan menyelamatkan diri dan keluarga dari siksa neraka. Di ayat tersebut, Allah SWT menggunakan huruf wawu athaf diantara ma’thuf dan ma’thuf ‘alahi secara beriringan. Bentuk kalimat tersebut secara bahasa menghasilkan makna :

التشريك في معنى الفعل

(berserikat dalam hal fi’il (kata kerja)nya). Artinya kewajiban penjagaan dan pemeliharaan dari siksa neraka, bukan hanya untuk dirinya secara pribadi, akan tetapi juga pada keluarga. Penjagaan terhadap keluarga sejajar dan sama pentingnya dengan penjagaan diri sendiri.

Acapkali di antara kita fokus menyelamatkan diri sendiri dari siksa neraka dan melupakan keluarga. Kita fokus meningkatkan amal ibadah, rajin ke masjid, semangat berdakwah, rutin datang ke pengajian, gemar bersedekah, dan lainnya, tapi itu suluruhnya dilakukan sendiri, tidak mengajak keluarga, apalagi orang lain. Kita biarkan istri, anak-anak dan keluarga jauh dari ketaatan, larut dalam gemerlap dunia, sibuk dengan urusan harta, menghabiskan waktu mereka untuk menonton TV, bermain gadget, dan sebagainya. Sementara kita jarang bahkan mungkin tidak pernah mengingatkan mereka untuk ke masjid, tadarrus al-Qur’an, datang ke majelis ilmu, banyak bersedekah, peduli dengan kaum yang lemah dan miskin, menyantuni anak yatim, serta amal kebajikan lainnya. Seakan kita lupa bahwa kita akan diminta pertanggungjawaban atas diri dan keluarga. Padahal Rasulullah SAW bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah orang yang memiliki tanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai pertanggung-jawabannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Metode penjagaan diri dari siksa neraka adalah dengan keimanan dan keterikatan dengan hukum syari’ah.
Dalam Tafsir al-Sa’dy disebutkan :

…ووقاية الأنفس بإلزامها أمر الله، والقيام بأمره امتثالًا، ونهيه اجتنابًا، والتوبة عما يسخط الله ويوجب العذاب

…dan penjagaan diri adalah terikat dengan perintah Allah SWT dan menegakkannya dengan sungguh-sungguh serta bertaubat dari apa yang dimurkai-Nya dan mendatangkan siksa.”

Sedangkan penjagaan terhadap keluarga adalah dengan mendidik dan membina mereka agar taat pada Allah dan Rasul-Nya, menjadi insan yang beriman dan bertakwa. Keluarga yang dimaksud adalah seluruh keluarga yang termasuk dalam wilayah (perwalian/penjagaan) dan tasharruf (tanggung jawab)nya.
Masih dalam tafsir al-Sa’dy disebutkan :

ووقاية الأهل [والأولاد]، بتأديبهم وتعليمهم، وإجبارهم على أمر الله، فلا يسلم العبد إلا إذا قام بما أمر الله به في نفسه، وفيما يدخل تحت ولايته من الزروجات والأولاد وغيرهم ممن هو تحت ولايته وتصرفه

“Penjagaan terhadap keluarga (dan anak-anak) ialah dengan mendidik dan memberi pembelajaran pada mereka dan mendorong/memaksa mereka untuk taat pada perintah Allah SWT. Maka tidaklah bisa selamat (dari adzab Allah) seorang hamba kecuali ia menegakkan apa yang diperintahkan-Nya pada dirinya sendiri dan pada siapa saja yang berada dalam wilayah (penjagaan)nya, baik istri, anak-anaknya dan lainnya yang masih dalam penjagaan (wilayah) dan tanggung jawabnya.”

4. Gambaran tentang dahsyatnya siksa neraka.  Diantaranya adalah gambaran tentang malaikat penjaganya. Allah mensifati malaikat itu dengan 3 sifat : ghiladz (kasar), syidad (keras) dan selalu taat dengan perintah Allah SWT.
Imam Ibnu Katsir menyebutkan :

وقوله تعالى “عليها ملائكة غلاظ شداد” أي طباعهم غليظة قد نزعت من قلوبهم الرحمة بالكافرين بالله “شداد” أي تركيبهم في غاية الشدة والكثافة والمنظر المزعج

“… yaitu karakter malaikat (penjaga neraka) itu kasar (ghalidhah), telah dicabut rasa kasih sayang kepada orang kafir, dan “syidad (keras) yakni perilaku mereka sangat keras dan bengis, dan penjaga yang senatiasa membuat cemas.” Malaikat penjaga neraka tersebut taat kepada Allah, apapun yang diperintahkan-Nya, tanpa ada kompromi dan rasa kasihan.

Karena itu, marilah kita jaga diri kita dan keluarga dari siksa neraka yang sangat mengerikan ini.
Na’udzubillahi min dzalik…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Telp/SMS/WA 0812 1720 9001