Di dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman,

 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96). Ayat ini memberikan sinyal bahwa keberkahan yang diberikan Allah SWT hanyalah kepada orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya.

Sobat. Pada saat pernikahan, Rasulullah SAW pun mengajarkan doa untuk mempelai yang diriwayatkan oleh  Uqail bin  Abi Thalib, “Janganlah kalian mengatakan demikian karena sesungguhnya Rasulullah telah melarangnya.” Kata Uqail. Lalu bagaimana? Apa yang harus diucapkan? “Ucapkanlah!” sambung Uqail. “ Baarakallahu laka, wa baaraka’alaika, wa jama’a bainakumaa fii khaiir.” Semoga  Allah karuniakan barakah kepadamu dan semoga  Ia limpahkan barakah  atasmu dan semoga Ia himpun kalian berdua dalam kebaikan.

Sobat. Baarakallahu laka, yang pertama memberi siratan bahwa barakah kita harapkan ada pada hal-hal yang kita sukai. Wa baaraka ‘alaika memberi pengertian bahwa barakah itu juga kita doakan senantiasa ada dalam hal yang tidak kita sukai. Dalam hidup ini isinya hanya dua, yaitu yang kita sukai dan tidak. Tetapi dalam hal apa pun itu, disukai atau dibenci, menyenangkan maupun memprihatinkan, melahirkan tawa ataupun tangis, membuat gelak maupun isak, kita senantiasa berharap ada berkah. Kemudian ditutup dengan wa jama’a bainakumaa fii khaiir, Semoga Allah himpun kalian berdua dalam kebaikan.

Sobat. Layak menjadi pertanyaan, apa arti berkah? Kenapa manusia menginginkan keberkahan? Di dalam kamus Munjid disebutkan, bahwa berkah bermakna “an-nama’ waz ziyadah” (tumbuh dan bertambah) sehingga dapat dimafhumi bahwa berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya. Sehingga, apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya.

Wajar saja jika manusia menginginkannya, karena sudah kodrati manusia ingin mendapatkan hal yang lebih dan ingin selalu memberi manfaat buat orang lain. Apalagi Rasulullah SAW sudah berpesan, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya.”

Barakah  dalam bahasa Aa’ Gym  adalah  kepekaan untuk bersikap benar menghadapi masalah. Barakah menurut Ibnul Qayyim adalah semakin dekat dan taat pada Rabb, semakin akrabnya  kita  dengan Allah. Barakah dalam laksana Umar Bin Khattab adalah  dua kendaraan yang ia tak peduli harus menunggang yang  mana : Shabr dan Syukr  asal membuatnya sampai ke jannah.

Lantas di mana Allah letakkan keberkahan tersebut? Bila dikaji di dalam Al-Qur’an, Allah SWT meletakkan keberkahan terdapat pada tiga hal. Pertama, berkah dalam keturunan. Memiliki keturunan yang baik adalah keinginan setiap keluarga. Apalagi Allah SWT sudah mengingatkan kepada setiap pribadi manusia agar menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. (QS. At-Tahrim ayat 6) Ini artinya Allah SWT menjamin akan ada keberkahan yang diberikan-Nya, jika setiap keluarga mampu menjadikan setiap keturunannya menjadi orang-orang shaleh.

Maka dari itu, setiap orang tua sejak dini sudah dianjurkan untuk mendidik anaknya dengan baik. Cara mendidik anak yang baik pun sudah diajarkan Allah SWT di dalam Al-Qur’an, tepatnya di dalam surat Luqman ayat 12-19 yang inti ayat tersebut ada 10 cara mendidik anak yang bakal mendatangkan keberkahan.

Yaitu, (1) ajarkan ia untuk senantiasa bersyukur kepada allah, (2) ajarkan ia untuk tidak pernah sekalipun menyekutukan Allah, (3) ajarkan ia untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang tua, (4) didiklah ia hingga menjadikan shalat sebagai kebutuhan bukan kewajibannya. (5) ajarkan anak untuk senantiasa berbuat baik kepada manusia dan jangan pernah berbuat mungkar. (6) ajarkan anak untuk tetap bersabar saat menghadapi ujian dari Allah, (7) ajarkan anak untuk tidak sombong terhadap manusia, (8) ajarkan anak untuk tidak menyepelekan orang lain, (9) ajarkan anak untuk senantiasa sederhana, dan (10) ajarkan anak untuk berbicara dengan lemah lembut.

Sobat. Jika sepuluh cara mendidik ini diajarkan kepada anak, yakin dan percaya bahwa keberkahan pada keturunan akan tercipta. Inilah yang terjadi pada keluarga Rasulullah, Beliau mengajarkan kesepuluh cara mendidik anak yang diajarkan di dalam Al-Qur’an kepada putrinya, Fatimah ra. Dan sungguh, tak seorang sahabat pun menceritakan tentang keburukan Fatimah. Fatimah binti Rasulullah hadir di dunia ini menjelma menjadi orang yang saat lahir ia menangis orang lain tertawa. Tapi saat ia telah tiada, orang menangis akan kepergiannya sedangkan Fatimah tersenyum karena bisa melakukan apa yang diajarkan oleh ayahnya, Baginda Rasulullah SAW.

Sobat. Kunci barakah  itu ada pada Keimanan dan Ketakwaan. Keimanan yang meyakinkan kita untuk terus beramal shalih  menurut apa yang telah ditutunkan Allah dalam setiap aspek hidup semuanya. Dan Ketakwaan yang mengisi hari-hari kita dengan penjagaan, kepekaan, dan rasa malu bahwa kita senantiasa dalam pengawasan Allah.  Bagaimana agar dalam kondisi apa pun, kapan pun, di mana pun, nafas-nafas kita adalah hembusan keberkahan dan detik-detik kita dihitung sebagai kebaikan dan sebagai pahala di sisi Allah SWT.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa !

 

 

 

 

 

( Spiritual Motivator – DR.N. Faqih Syarif H, M.Si Penulis  Buku Gizi Spiritual dan Character Building. Pengurus Komnas Pendidikan Jawa Timur. www.faqihsyarif.net )

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *