By : S. Asadullah (Mudir Ma’had Al Ihsan Baron)
Allah SWT berfirman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.”(QS. Al-Anfal 8: Ayat 2)
Pelajaran yang dapat dipahami dari ayat tersebut adalah diantara tanda atau indikasi iman yang sesungguhnya pada diri seorang mukmin ada 3 (tiga), yakni :
1. Munculnya rasa takut ketika disebut nama Allah SWT.
Dalam Tafsir Al-Qurthubi disebutkan :
والوجل : الخوف
…وصف الله تعالى المؤمنين في هذه الآية بالخوف والوجل عند ذكره . وذلك لقوة إيمانهم ومراعاتهم لربهم ، وكأنهم بين يديه
…والوجل : الفزع من عذاب الله ; فلا تناقض
” Al-wajlu : al-khaufu (rasa takut)… Allah SWT mensifati orang beriman dalam ayat ini dengan sifat takut karena kekuatan iman mereka dan muro’ah (ketaatan, pemeliharaan) pada Rabbnya, seakan-akan Allah SWT berada diantara mereka…Al-wajlu juga memiliki arti al-faz’u (takut, ngeri) pada adzab Allah SWT, maka janganlah menentang (perintah-perintah-Nya)”. Artinya dengan keimanan yang dimiliki, mereka bisa merasakan kehadiran Allah SWT berada sangat dekat. Sehingga ketika seorang mukmin hendak bermaksiat pada Allah SWT dan ia diingatkan dengan ayat Allah SWT, maka bergetarlah hatinya karena takut, dan terbayang pada dirinya bahwa Allah SWT berada di dekatnya dan adzab-Nya berada di hadapannya.
Diriwayatkan dalam Tafsir Ibnu Katsir :
قال سفيان الثوري: سمعت السدي يقول في قوله تعالى “إنما المؤمنون الذين إذا ذكر الله وجلت قلوبهم” قال:هو الرجل يريد أن يظلم أو قال يهم بمعصية فيقال له اتق الله فيجل قلبه
“Sufyan al-Tsaury berkata : Saya mendengar Al-Sadiy berkata : Seorang laki-laki yang ingin berbuat zhalim dan dikatakan padanya, “bertakwalah pada Allah”, maka bergetarlah hatinya.
Rasa takut kepada Allah muncul dari pemahaman dan penghargaan akan kebesaran dan kekuatan-Nya. Seseorang yang memahami kebesaran kuasa Allah dan kekuatan abadi-Nya, akan mengetahui bahwa ia bisa saja menghadapi murka dan hukuman-Nya sebagai bagian keadilan Ilahi jika ia tidak mampu mengarahkan hidupnya sesuai dengan keinginan Allah. Orang seperti itu memiliki rasa takut yang mendalam kepada Allah. Tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk beribadah kepada Allah. Ia tidak akan pernah lupa bahwa Allah mendengar dan melihatnya, selalu dan di mana pun, baik sendiri maupun saat dikelilingi oleh orang banyak.
2. Ketika ayat-ayat Allah SWT dibacakan maka bertambah keimanannya. Imam al-Qurthubi menjelaskan :
قوله تعالى وإذا تليت عليهم آياته زادتهم إيمانا أي تصديقا . فإن إيمان هذه الساعة زيادة على إيمان أمس ; فمن صدق ثانيا وثالثا فهو زيادة تصديق بالنسبة إلى ما تقدم . وقيل : هو زيادة انشراح الصدر بكثرة الآيات والأدلة
“Frasa وإذا تليت عليهم آياته زادتهم إيمانا, yakni تصديقا (pembenaran/keyakinan), maka sesungguhnya keimanannya saat ini adalah tambahan dari keimanan yang kemarin, maka siapa saja yang beriman yang kedua atau ketiga, maka keimanan itu sebagai tambahan dari keimanan sebelumnya. Dikatakan : yakni bertambah lapang dan gembiranya hati dengan banyaknya ayat dan dalil.”
Allah SWT berfirman:
وَاِذَا مَاۤ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ اَيُّكُمْ زَادَتْهُ هٰذِهٖۤ اِيْمَانًا ۚ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَزَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ
“Dan apabila diturunkan suatu surat maka di antara mereka (orang-orang munafik ada yang berkata, Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini? Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya dan mereka merasa gembira.”(QS. At-Taubah 9: Ayat 124)
Berbeda dengan sikap orang munafik ketika dibacakan ayat al-Qur’an malah bertambah kekafirannya.
Allah SWT berfirman:
وَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا اِلٰى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوْا وَهُمْ كٰفِرُوْنَ
“Dan adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka (dengan surat itu) akan menambah kekafiran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir.”(QS. At-Taubah 9: Ayat 125)
3. Bertawakkal kepada Allah SWT.
Tawakkal (التوكل) atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Artinya tawakkal secara bahasa ialah keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain. Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah (terpercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut. Jadi makna tawakkal kepada Allah SWT memiliki arti keteguhan hati dalam menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT semata. Karena itu, tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah. Keyakinan bahwa Allah SWT akan melindungi dan menolong dirinya bila kesulitan atau dalam bahaya dengan kekuatan dan kekuasaan-Nya. Keyakinan bahwa Dia tidak akan zhalim dan tidak akan menyalahi janjinya.
Syaikh al-Sa’dy dalam tafsirnya menyebutkan :
وَعَلَى رَبِّهِمْ وحده لا شريك له يَتَوَكَّلُونَ أي: يعتمدون في قلوبهم على ربهم في جلب مصالحهم ودفع مضارهم الدينية والدنيوية، ويثقون بأن اللّه تعالى سيفعل ذلك. والتوكل هو الحامل للأعمال كلها، فلا توجد ولا تكمل إلا به.
“Dan pada Rabb mereka satu-satunya, yang tidak ada sekutu baginya, mereka bertawakkal, yakni meneguhkan hati pada Rabbnya dalam mendatangkan maslahat dan menolak kemudharatan, baik secara agama maupun duniawi, dan meyakini bahwa Allah SWT pasti akan melakukannya. Tawakkal mencakup seluruh perbuatan, sehingga tidak ada dan sempurna suatu perbuatan kecuali disertai dengannya”.
Imam Ibnu Katsir juga memberi penjelasan :
وعلى ربهم يتوكلون” أي لا يرجون سواه ولا يقصدون إلا إياه ولا يلوذون إلا بجنابه ولا يطلبون الحوائج إلا منه ولا يرغبون إلا إليه ويعلمون أنه ما شاء كان وما لم يشأ لم يكن وأنه المتصرف في الملك وحده لا شريك له ولا معقب لحكمه وهو سريع الحساب ولهذا قال سعيد بن جبير التوكل عل الله جماع الإيمان.
Frasa وعلى ربهم يتوكلون “yakni mereka tidak berharap pada selain-Nya, tidak memiliki tujuan kecuali kepada-Nya, tidak berlindung kecuali di sisi-Nya, tidak menuntut kebutuhan kecuali dari-Nya, tidak berkehendak kecuali pada-Nya, mengetahui bahwa apa yang kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendakinya pasti tidak terjadi. Allah SWT, satu-satunya Penguasa di kerajaan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang bisa menandingi hukum-hukumnya dan Yang segera hisabnya. Karenanya Imam Sa’id bin Jabir berkata, “Tawakkal pada Allah adalah gabungan dari keimanan”. Orang-orang yang memiliki sifat tawakkal senantiasa yakin bahwa Allah SWT pasti memberikan keputusan terbaik pada dirinya, tunduk dan patuh pada aturan dan hukumnya. Maka, ketika seorang mukmin akan melakukan suatu hal, bukan hanya pasrah akan hasilnya kepada Allah SWT, namun juga mengikuti aturan dan hukum-Nya, tidak menghalalkan segala cara.
Selain itu, orang-orang mukmin juga memiliki sifat tawakkal akan selalu yakin bahwa Allah SWT akan memenuhi dan mencukupi kebutuhannya.
Allah SWT berfirman:
ۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖ ۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”(QS. At-Talaq 65: Ayat 3)
Ar-Rabi’ bin Khutsaim berkata, ” segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia.” [HR. Bukhari]
Orang-orang yang memiliki sifat tawakkal ini juga akan selalu bisa bersyukur jika mendapat keberhasilan atau kebahagiaan dalam hidupnya ataupun dalam usahanya. Ini dikarenakan dia sadar bahwa segala keberhasilannya adalah atas kehendak dan rahmat dari Allah SWT. Dan jika sedang mengalami kegagalan maka orang yang tawakkal akan selalu ikhlas dalam menerima keadaan gagalnya tersebut tanpa berlarut-larut dalam kesedihan dan merasa putus asa. karena orang yang tawakkal menyadari bahwa setiap keputusan dari allah merupakan keputusan yang terbaik. Karena itu, sikap tawakkal ini harus ada dan ditanamkan pada setiap diri umat muslim, termasuk diri kita. Karena sifat tawakal ini akan menjadikan diri kita memiliki pribadi muslim yang kuat, memiliki keimanan yang kokoh, senantiasa optimis dan pandai bersyukur, patuh dengan aturan dan hukum-Nya serta terhindar dari sikap sombong, cengeng, pesimis, lekas putus asa dan sebagainya.
Mudah-mudahan kita menjadi seorang mukmin yang sesungguhnya, yakni seorang yang memiliki iman yang paripurna, hati yang lembut dan sikap tawakkal yang tinggi. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…