By : S. Asadullah (Mudir Ma’had Al Ihsan Baron)
Allah SWT berfirman:
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْۤا اَنْ يَّقُوْلُوْۤا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَـنُوْنَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji ?” (QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 2)
Pelajaran yang bisa dipahami dari ayat tersebut, diantaranya :
1. Ujian adalah kemestian bagi seorang mukmin.
Keimanan yang dimiliki seseorang pasti memiliki konsekuensi. Salah satunya adalah berupa ujian. Bahkan merupakan kemestian ujian itu diberikan Allah SWT pada orang-orang yang mengaku dirinya beriman. Faktor iman inilah yang menjadi sebab adanya ujian dari Allah SWT. Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat tersebut :
استفهام إنكار ومعناه أن الله سبحانه وتعالى لا بد أن يبتلي عباده المؤمنين بحسب ما عندهم من الإيمان
“Huruf hamzah (أ ) di ayat tersebut adalah termasuk huruf istifham inkari (yaitu apabila ada huruf nafyi yang jatuh setelah huruf istifham atau diatafkan dengan kalimat yang dinafikan, yang berfungsi menegaskan ) sehingga maknanya, “Sesungguhnya Allah SWT pasti akan menguji orang mukmin sesuai dengan kadar keimanannya”. Pertanyaannya, mengapa Allâh SWT memberitahukan pada kita bahwa ujian ini pasti akan terjadi?
Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari berita tentang kepastian ujian pada kita, di antaranya:
a. Kita akan mengetahui bahwa ujian tersebut mengandung hikmah Allâh SWT, yakni dapat dibedakan siapa Muslim yang imannya benar dengan yang tidak. Sebagaimana disebutkan di ayat ke-3 dari QS. al-Ankabut, Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ فَتَـنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَـعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
“Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
b. Kita bisa bersiap-siap untuk menghadapi ujian itu dan akan bisa bersabar, serta akan merasa lebih ringan dalam menghadapinya.
2. Kokohnya iman selalu berbanding lurus dengan kadar ujian.
Semakin kuat iman seseorang, maka ujian yang akan diberikan oleh Allâh akan semakin besar. Rasulullah SAW pernah ditanya oleh Sa’ad bin Abî Waqqâsh ra.:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ
“Ya Rasûlullâh! Siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya”_ (HR. Turmudzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah
Beliau SAW juga pernah bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allâh mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.”( HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah).
Sering kali kita mengeluh karena banyaknya cobaan di kehidupan kita. Terkadang kita diuji oleh Allah SWT dengan persoalan harta, keluarga, pekerjaan, dan sebagainya. Allah SWT berfirman:
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)
Namun, janganlah kita khawatir karena Allâh SWT tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terbengkalai, tidak terurus. Oleh karena itu, Allah SWT mengajarkan kepada kita bagaimana cara menghadapi ujian tersebut. Allâh SWT berfirman:
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”. (QS. Ali Imran : 186)
Menghadapi semua ujian harus dengan kesabaran dan ketakwaan. Hukum bersabar dan bertakwa dalam menghadapi ujian bukan sunnah, tetapi sesuatu yang wajib dikerjakan oleh seluruh orang mukmin. Dengan bersabar kita tidak akan banyak mengeluh dan senantiasa memiliki harapan untuk bisa lulus dari segala ujian hidup ini. Begitu pula dengan takwa kita akan tetap patuh dan tunduk dengan aturan dan hukum Allah SWT. Kita tidak akan bermaksiat pada-Nya hanya karena tidak kuat menghadapi ujian dan cobaan yang menghadang.
Mudah-mudahan kita senantiasa diberikan kesabaran dan ketakwaan dalam menghadapi ujian di dunia ini, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
WalLahu a’lamu bi al-Showab