Ingatlah nasehat Imam Asy Syafi’i –dimana beliau mendapat nasehat ini dari seorang sufi, “Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. (Di antaranya), dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.” Hasan Al Bashri mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.”

Sobat. Punya mimpi dan doa saja tidaklah cukup. Harus ada tindakan memantaskan diri, harus ada kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas, maka hasil akan memuaskan. Masalahnya seringkali banyak orang yang tahu harus melakukan sesuatu, tetapi tidak juga bertindak untuk melakukannya. Banyak orang secara bawah sadar senang dengan predikat Profesor ahli Menunda.

Salah satu sebab seseorang menjadi profesor ahli menunda adalah karena dia menempatkan diri menjadi manusia yang serba alasan. Misalnya, seseorang yang berkeinginan membuka bisnis, tetapi tidak juga membuka bisnis biasanya terkena penyakit alasan, yaitu :

• Alasan modal. Ketika tidak punya uang, mau bisnis alasannya tidak punya modal, bila sudah punya modal alasannya takut rugi.

• Alasan tempat. Mau bisnis di tempat yang ramai alasan sewanya mahal, mau bisnis di tempat yang murah alasannya prospeknya tidak pasti.

• Alasan produk. Mau jual produk yang baru alasannya pasarnya sepi, mau jual produk yang populer alasannya kompetitornya sudah luber.

• Alasan usia. Ketika masih muda alasannya belum punya pengalaman, ketika sudah tua alasannya sudah terlambat, untuk apa bisnis.

Sobat. Penyebab lain seseorang menjadi Profesor ahli Menunda selain alasan di atas adalah : saya orang miskin, saya tidak pintar, saya tidak punya kemampuan, saya orang biasa-biasa saja, saya jelek, saya orang daerah, dll.

Sobat. Takut adalah sumber segala sumber Profesor ahli Menunda. Jika penyakit takut ini ( dalam arti yang negatif ) bisa diatasi, maka penyebab menunda-menunda yang lain otomatis juga akan menghilang. Takut kehilangan uang, takut gagal, takut bangkrut, takut mencoba, bahkan takut sukses. Sekarang bagaimana kita mengatasi takut ini?

Sobat. Setidaknya ada tiga cara untuk mengatasi takut ini : Pengaruhi pikiran bahwa sadar kita, Pengaruhi emosi kita, dan Pengaruhi secara logis.

1. Pengaruhi pikiran bahwa sadar kita. Kita harus pengaruhi pikiran bawah sadar kita dengan gerakan dan fokus. Pikiran dan tubuh adalah satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Apa pun yang kita pikirkan akan diikuti oleh tubuh kita, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, ketika kita loyo, malas, ragu-ragu, takut bertindak, kita bisa menempatkan tubuh kita pada fisiologi penuh sumber daya dan semangat, maka dalam hitungan detik kita bisa langsung bisa bersemangat.

2. Gunakan jurus tepuk tangan, jurus ketapel, dan jurus pukul bola. Luruskan ke depan tangan kiri, ke depan bayangkan segala hal yang negatif semuanya berkumpul di telapak tangan kiri. Kemudian ulurkan tangan kanan lurus ke depan dan bayangkan semua hal yang positif berada di telapak tangan kanan. Kemudian tepuklah telapak tangan kiri dengan telapak tangan yang keras sehingga segala hal negatif hancur berkeping-keping. Kemudian bilang dengan keras “ YES”, lakukan tiga sampai lima kali.

3. Fokus . Ubahlah terus-menerus fokus kepada hal-hal yang positif sehingga kita terus bersemangat bertindak.

4. Pengaruhi secara emosi dan perasaan. Gunakan berani, komitmen, dan Iman. Agar kita memiliki komitmen untuk segera bertindak, kita harus punya alasan yang kuat. Iman disini berarti kita meyakini bahwa kita akan memperoleh hasil di masa depan, seperti yang kita inginkan dan usahakan. Ketika kita sudah yakin akan berhasil di bidang yang paling kita suka atau passion kita. Kita tinggal menjalankan prosesnya dengan senang hati, baik itu suka atau duka.

5. Pengaruhi secara akal sehat. Supaya kita segera action dan lebih cepat mendekatkan kita kepada hasil yang diinginkan, kita bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tepat kepada diri sendiri. Misalnya : Supaya kemungkinan berhasil lebih besar apa yang harus saya lakukan? Dengan siapa harus bekerja sama atau belajar? Harus belajar apa? Kebiasaan apa yang harus dibuang? Kebiasaan apa yang harus dimiliki? Keterampilan apa yang harus dimiliki? Apa yang harus dikorbankan? Siapa orang yang bisa terus mendukungku?

Dari Abu Ishaq, ada yang berkata kepada seseorang dari ‘Abdul Qois, “Nasehatilah kami.” Ia berkata, “Hati-hatilah dengan sikap menunda-nunda (nanti dan nanti).”

Al Hasan Al Bashri berkata, “Hati-hati dengan sikap menunda-nunda. Engkau sekarang berada di hari ini dan bukan berada di hari besok. Jika besok tiba, engkau berada di hari tersebut dan sekarang engkau masih berada di hari ini. Jika besok tidak menghampirimu, maka janganlah engkau sesali atas apa yang luput darimu di hari ini.”

Itulah yang dilakukan oleh kita selaku penuntut ilmu. Besok sajalah baru hafal matan kitab tersebut. Besok sajalah baru mengulang hafalan qur’an. Besok sajalah baru menulis bahasan fiqih tersebut. Besok sajalah baru melaksanakan shalat sunnah itu, masih ada waktu. Yang dikatakan adalah besok dan besok, nanti dan nanti sajalah.

Jika memang ada kesibukan lain dan itu juga kebaikan, maka sungguh hari-harinya sibuk dengan kebaikan. Tidak masalah, jika ia menset waktu dan membuat uruta. Manakah yang prioritas yang ia lakukan? Karena ia bisa menilai manakah yang lebih urgent. Namun bagaimanakah jika masih banyak waktu, benar-benar ada waktu senggang dan luang untuk menghadiri majelis ilmu, muroja’ah, menulis hal manfaat, melaksanakan ibadah, lantas ia menundanya. Ini jelas adalah sikap menunda-nunda waktu yang kata Ibnul Qayyim termasuk harta dari orang-orang yang bangkrut. Yang ia raih adalah kerugian dan kerugian.

Salam Dahsyat dan luar biasa !

 

 

 

 

 

 

( Spiritual motivator – DR. N. Faqih Syarif H, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Majelis Kyai PP Al-Ihsan Baron, Nganjuk, Jatim, Sekretaris Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *