Kisah yang lain kita lihat, misalnya bagaimana Sayyidina Abu Bakar RA dengan kekayaan yang dihasilkan dari usahanya juga benar-benar untuk berkhidmat kepada Islam dan kaum muslimin.

Dikisahkan oleh Asma Binti Abu Bakar : Rasulullah pergi bersama Abu Bakar dan Abu Bakar membawa seluruh hartanya sebanyak lima atau enam ribu dirham. Lalu kakekku, Abu Quhafah datang kepada kami. Saat itu beliau sudah buta. Kakek berkata: “Demi Allah, sungguh saya berpendapat bahwa ia telah menyakiti kalian dengan menafkahkan seluruh hartanya untuk kepentingannya sendiri. Asma’   berkata, “Tidak begitu Kek, sesungguhnya ayah telah meninggalkan harta yang banyak untuk kami.” Asma’  melanjutkan ucapannya, “Lalu aku mengambil beberapa batu dan meletakkan pada lubang rumah yang menjadi tempat penyimpanan harta ayahku. Kemudian saya meletakkan pakaian di atas batu-batu tersebut. Lalu saya menarik kakek seraya berkata, “Wahai kakek, letakkan tanganmu di atas batu ini.” Asma berkata, “Lalu kakekku meletakkan tangannya di atasnya, lalu berkata, “Tidak mengapa kalau dia telah meninggalkan buat kalian barang ini. Sesungguhnya dia telah berbuat baik dan hal ini adalah kelanjutan hidup kalian.” Demi Allah, ayahku tidaklah meninggalkan untuk kami, akan tetapi aku melakukan hal itu hanya agar kakekku tenang.” (HR. Ahmad)

Diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad, beliau berkata, “Hafshah  berkata kepada Umar, “Wahai Amirul Mukminin, alangkah baiknya jika engkau memakai pakaian yang paling bagus dan makan dari makanan yang paling enak karena Allah telah meluaskan rizki dan harta kepadamu.” Lalu Umar berkata, “Sesungguhnya aku akan mengajukan pertanyaan kepadamu, apakah engkau tidak ingat kesulitan yang telah menimpa Rasulullah, begitu pula Abu Bakar ?” Senantiasa Hafshah mengingat kata-kata tersebut sehingga beliau menangis. Lalu Umar berkata kepadanya, “Sungguh aku akan menyertai mereka di dalam kehidupan yang sangat sulit sehingga aku dapat merasakan kehidupan mereka berdua yang sangat indah.” (HR.Ahmad)

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdurrahman bin Khabbab, dia berkata: Saya menyaksikan Rasulullah memerintahkan pasukan Islam yang berada dalam keadaan sulit (jaysyul ’usrah). Saat itu Utsman berkata, ”Wahai Rasulullah saya akan menanggung seratus ekor unta lengkap dengan alas pelana dan pelananya untuk berjuang di jalan Allah.” Kemudian Rasulullah  menyeru kaum muslimin untuk berangkat dan berperang. Utsman  kembali berkata, ”Saya tanggung dua ratus unta lengkap dengan pelananya untuk berjuang di jalan Allah.” Untuk yang ketiga kalinya Rasulullah  juga menyerukan kaum muslimin untuk berangkat jihad di jalan Allah. Kembali Utsman berkata, ”Saya tanggung tiga ratus unta dengan sarananya yang lengkap untuk jihad di jalan Allah ini.”

Karena kedermawanannya, Utsman  pun datang menjumpai Rasulullah dengan membawa seribu dinar tatkala dia sedang mempersiapkan Jaysy al-‘Usrah sehingga Rasulullah  menyampaikan berita gembira kepadanya bahwa beliau adalah penduduk surga. Sebagaimana sabda Rasulullah  : “Barangsiapa yang mendanai pasukan ‘Usrah, maka untuknya surga.” Maka Utsman mendanai pasukan tersebut. (HR. Bukhari) Beliau  bersabda lagi:  “Siapa saja yang menggali Sumur Rumata, maka untuknya surga.” Maka sumur itu digali oleh Utsman. (HR. Bukhari)

Masih banyak kisah-kisah lain terkait sahabat-sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang menjelaskan tentang kekayaan para sahabatnya dan harta kekayaan tersebut digunakan  semuanya ternyata adalah untuk menyokong dakwah islam, disamping untuk disedekahkan ke banyak orang dari kaum muslimin yang membutuhkan.

Dengan demikian dalam catatan harian yang coba saya urai sedikit tentang baginda Rasulullah Muhammad SAW dan beberapa sahabat baginda Rasulullah Muhammad SAW ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa bisnis sekalipun merupakan sebuah ibadah yang menghasilkan harta. Dimana harta tersebut bisa kita gunakan untuk menyokong aktivitas dakwah dan beribadah.

Oleh karena itu,  bila kita bertanya untuk apa kita berbisnis? Pertama, untuk beribadah kepada Allah SWT. Kedua, kita bisa beramal lebih untuk membiayai aktivitas dakwah. Ketiga, kita bisa berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan dari kalangan faqir, miskin, bahkan kepada saudara-saudara kita dan lain lain.

Insya Allah dengan tiga alasan ini saja cukup bagi kita untuk memulai usaha, meskipun kemudian kita bisa tambahkan dengan alasan – alasan yang lebih umum misalnya :

  1. Agar kita bisa memiliki waktu yang lebih luas sehingga bisa semakin banyak waktu untuk dakwah dan keluarga.
  2. Tidak diperintah orang lain karena yang menentukan kita bekerja atau libur itu kita sendiri
  3. Untuk mendapatkan kebebasan financial dan alasan-alasan umum lainnya yang bisa kita tambahkan untuk semakin memotivasi diri kita untuk memulai berbisnis.

Semoga bermanfaat.  Salam Sukses Berkah

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *