PP Baron yang saat ini mengelola pendidikan mulai dari jenjang Play Group (Pra Sekolah), SD, SMP, dan SMA, serta Daar Al-Musthofa Mesir sebenarnya bukanlah akhir dari tujuan pendidikan bagi putra-putri kita, kaum muslimin. Hal ini ditegaskan oleh Al-Mukarrom KH. Musthofa Ali Murtadho pada saat memberikan arahan kepada para pengurus PP Baron 3 Bogor, Sabtu 3 Februari 2018 di Gedung El Rahma Bogor.
Oleh karena itu masih menurut beliau, pendidikan yang kita siapkan ini merupakan “bangunan” pondasi bagi anak-anak kita sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam negeri ataupun di luar negeri yang kita harapkan memiliki kompetensi sebagai sang juara (pemimpin), ulama pejuang, dan entrepreneur dengan melalui wadah program pendidikan Reguler, Ma’had Dirosah Islamiyah (MDI), baik di Indonesia maupun Mesir, serta Tahfidzul Qur’an (Villa Qur’an).
Pondasi yang kuat wajib ditanamkan pada anak-anak kita di era seperti saat ini. Dekadensi moral yang mewabah tidak hanya di kalangan anak-anak dan remaja, bahkan orang tua, misalnya sifat koruptif dan tidak peduli, persaingan yang tidak sehat di dunia ekonomi dan usaha, pendidikan yang semakin mahal dengan “mengabaikan” nilai-nilai islami, ketertinggalan di bidang IT, kepemimpinan yang tidak islami, dan banyak lagi masalah yang dihadapi kaum muslimin.
Pondasi yang kuat yang diharapkan dimiliki anak-anak tentunya berupa penanaman syakhsiyah islamiyah (kepribadian islami) yang tinggi. Ditandai dengan adanya pola pikir dan perilaku islami dari anak-anak kita yang bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Hal tersebut hanya bisa didapatkan dengan cara pembelajaran yang tidak hanya sekedar transfer ilmu, tetapi juga transfer pemahaman, yakni menjadikan ide dan pemikiran yang diyakininya itu sejalan dengan perilaku dan tindak-tanduknya sehari-hari. Inilah yang sulit kita dapatkan dalam proses pendidikan saat ini, melainkan yang kita dapati justru cenderung jauh panggang dari api, artinya pola pikirnya A namun pola sikap yang dikembangkan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehar-hari justru B. Kenapa demikian? Karena pendidikan hanya dianggap sebagai transfer ilmu dan transfer knowledge, bukan mengantarkan anak-anak pada derajat pemahaman yang berimplikasi pada penerapan (ilmu) tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, kita harus mengikuti metode pembelajaran yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana ditulis oleh Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam Kitab Syakhsiyah Islamiyah Jilid I. Pertama, mendalam dalam pembahasan. Kedua, meyakini sesuatu yang dicapai melalui pembahasan tersebut atau terhadap apa yang dibahas. Ketiga, mengambilnya secara praktis untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga Allah SWT memberikan kemudahan pada kita semua, Aamiin.
Salam Sukses Berkah