SUNGKEM DI HARI KEMENANGAN

Oleh Ustadz Suliswanto, S.Pd

Ketua Takmir Masjid Al Izzah Ponpes Baron

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Kaum muslim dimanapun panjenengan berada. Saat Idul Fitri tiba mayoritas masyarakat di Indonesia melakukan sungkem. Tradisi ini digunakan untuk meminta maaf yang muda ke yang lebih tua. Sejalan dengan yang Islam ajarkan, yakni yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda. Indah bukan ? Ya, begitu indah dan mengharukan.

Hari lebaran juga sering dimanfaatkan untuk bercengkerama dan berkumpul. Sungkem merupakan gambaran bukti cinta, takdzim, hormat anak kepada kedua orangtua, murid kepada guru, dan santri kepada Kyai, serta masih banyak lagi. Menilik sejarahnya sungkem berasal dari budaya Jawa. Dilakukan dengan tujuan menghormati dan memohon maaf atau “nyuwun ngapuro “. Ngapuro sendiri berasal dari bahasa Arab “ghafura” yang berarti ampunan.

Sungkem biasanya dimulai dengan posisi yang lebih muda berjongkok sambil mencium tangan, dimaksudkan untuk memuliakan yang lebih tua. Dalam praktiknya, syari`at tidak pernah melarang praktik tersebut. Hal demikian menurut para ulama diperbolehkan, asal melakukannya tidak dengan gerakan yang menyerupai takzim atau sujud maupun rukuk kepada Allah SWT.

Berkaitan mencium tangan orangtua, Islam pun tidak melarangnya. Imam Nawawi pernah mengungkapkan hal berikut :

“Tidak makruh mencium tangan karena kuzuhudan, keilmuan, dan faktor usia yang lebih tua.” ( al-Imam Al-Nawawi, Raudlah -al Thalibin, juz 10, halaman 233 )

Saat seseorang berusaha untuk berbuat kebaikan dan menghormati orang yang lebih tua, Islam sangat menganjurkannya. Ini merupakan bagian dari unggah – ungguh atau etika dan tata krama yang baik pada sesama. Saat Sayyidina Ali RA pernah ditanya berkaitan dengan etika yang baik beliau mengungkapkan pendapatnya :

” Beretika yang baik adalah mengikuti tradisi dalam segala hal, selama bukan kemaksiatan
( Syekh Nawawi al-Bantani, Syarh Sulam al-Taufiq, hal 61 )

Imam Ghazali juga pernah mengungkapkan pentingnya etika yang tidak bertentangan dengan syari`at :

“Beretika yang baik dengan manusia adalah engkau tidak menuntut mereka sesuai kehendakmu. Namun hendaknya engkau menyesuaikan dirimu sesuai kehendak mereka selama tidak bertentangan dengan syari`at.”
( Imam al-Ghazali, Ayyuhal Walad, halaman 12 ).

Dengan demikian, mari kita manfaatkan di momen lebaran ini untuk sungkem kepada kedua orangtua, memang sepertinya agak bagaimana begitu bila tidak terbiasa. Pasti akan muncul rasa malu, sungkan, kaku, serba salah bila tidak terbiasa sungkem kepada kedua orang tua di hari lebaran. Namun mari kita lakukan dan tentunya para pembaca budiman memiliki cara masing – masing untuk mengawalinya. InsyaAllah setelah kita sungkem ada sesuatu rasa luar biasa yang tidak bisa al faqir deskripsikan tentunya.

Saat sungkem sampaikan permintaan maaf kita kepada kedua orangtua, sampaikan harapan kita, sampaikan hajat-hajat kita, dan ajak anak istri kita untuk sungkem kepada kedua orangtua, insyaAllah di dalam aktivitas ini ada banyak keberkahan.

Wallahu a’lam bish-shawab

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top