Taubat Sebelum Terlambat

By : S. Asadullah (Mudir Ma’had Al Ihsan  Baron)

Allah SWT berfirman:

اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْٓءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰٓئِكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا

“Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 17)

Pelajaran yang bisa dipahami dari ayat ini, diantaranya :
1. Kewajiban bertaubat setiap melakukan kesalahan.
Taubat adalah sebuah kewajiban bagi setiap orang yang berdosa. Karena Allah dan Rasul-Nya memerintahkan demikian. Imam Ibnu Katsir menyebutkan :

واتفقت الأمة على أن التوبة فرض على المؤمنين ؛ لقوله تعالى : وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون

“Umat bersepakat bahwa taubat hukumnya fardhu atas orang-orang mukmin, berdasarkan firman Allah,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman”(QS:An-Nuur :31)

Tidak ada seorang pun yang ma’shum, terjaga dari dosa. Kecuali mereka yang Allah jaga. Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda,

لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

“Seandainya kamu tidak berbuat dosa, Allah benar-benar akan menghilangkan kamu, dan pasti akan mendatangkan suatu kaum yang mereka akan berbuat dosa, lalu mereka akan memohon ampun kepada Allah, maka Dia akan mengampuni mereka.” Dan diriwayatkan oleh Imam at-Turmudzi dan Ibnu Majah, dari Anas bin Malik ra, bahwasanya Rasulullah bersabda,

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Semua anak cucu Adam sering berbuat salah dan sebaik-baik orang yang banyak berbuat salah adalah mereka yang banyak bertaubat.”

Rasulullah SAW memberikan contoh kepada kita, beliau senantiasa banyak-banyak bertaubat. Rasulullah SAW bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.”_ (HR. Muslim).

2. Kesalahan dan kemaksiatan yang dilakukan manusia pada dasarnya karena kebodohan dan ketidaktahuan mereka akan hakikat perbuatannya dan resiko yang akan diterimanya. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan :

وقال ابن جريج أخبرني عبدالله بن كثير عن مجاهد قال: كل عامل بمعصية الله فهو جاهل حين عملها.

“…Imam Mujahid berkata : _”Seluruh pelaku maksiat pada Allah SWT, maka dia bodoh ketika saat melakukannya”.

وقال عبدالرزاق أخبرنا معمر عن قتادة قال: اجتمع أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فرأوا أن كل شيء عصي الله به فهو جهالة عمدا كان أو غيره.

Qatadah berkata : _”Telah berijma’ (sepakat) para shahabat Rasulullah SAW, bahwa mereka berpendapat segala sesuatu yang bermaksiat pada Allah SWT maka dia adalah bodoh, baik disengaja atau yang lainnya”._

Apa yang dimaksud kebodohan (جهالة ) dalam ayat tersebut? Syaikh al-Sa’dy menjelaskan :

أي: جهالة منه بعاقبتها وإيجابها لسخط الله وعقابه، وجهل منه بنظر الله ومراقبته له، وجهل منه بما تئول إليه من نقص الإيمان أو إعدامه، فكل عاص لله، فهو جاهل بهذا الاعتبار وإن كان عالما بالتحريم. بل العلم بالتحريم شرط لكونها معصية معاقبا عليها

“… yakni kebodohan dari perbuatan buruknya terhadap akibatnya dan keharusan (meninggalkan)nya karena adanya murka Allah SWT dan hukuman-Nya; kebodohan akan pandangan Allah dan pengawasan-Nya padanya; kebodohan akan prioritas padanya karena kurangnya keimanan atau tidak adanya iman, maka seluruh pelaku maksiat pada Allah SWT adalah orang yang bodoh/tidak tahu dengan i’tibar (pertimbangan) ini sekalipun dia orang ‘alim (mengetahui) pada hal yang haram. Namun pengetahuan akan keharaman merupakan syarat diketahuinya keberadaan maksiat yang mendatangkan siksa.”

3. Taubat akan diterima sebelum terlambat. Disebutkan dalam Tafsir A-Sa’dy :

ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ } يحتمل أن يكون المعنى) ثم يتوبون قبل معاينة الموت، فإن الله يقبل توبة العبد إذا تاب قبل معاينة الموت والعذاب قطعا. وأما بعد حضور الموت فلا يُقبل من العاصين توبة ولا من الكفار رجوع

“Frasa ( ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ ) bisa memiliki makna ‘kemudian mereka bertaubat sebelum menyaksikan kematian, karena sesungguhnya Allah SWT akan menerima taubat seseorang jika ia bertaubat sebelum menyaksikan kematian’. Adapun setelah datangnya kematian, maka taubat seorang yang bermaksiat dan kembalinya orang dari kekafiran tidak diterima.” Imam al-Qurthubi menyebutkan :

وقد روى الترمذي عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : إن الله يقبل توبة العبد ما لم يغرغر . قال : هذا حديث حسن غريب .

Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah SWT akan menerima taubat seorang hamba, selama (ruhnya) tidak sampai tenggorokan”(HR. Turmudzi, dari Ibnu Umar ra, hadits hasan gharib)

Allah SWT juga berfirman:

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِ ۚ حَتّٰۤى اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْــئٰنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰٓئِكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَ لِيْمًا

“Dan tobat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, Saya benar-benar bertobat sekarang. Dan tidak (pula diterima tobat) dari orang-orang yang meninggal, sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 18)

Kisah bertaubatnya Fir’aun ketika ia dan bala tentaranya ditenggelamkan Allah SWT di Laut Merah cukuplah menjadi pelajaran bagi kita. Taubatnya tidak diterima karena sudah terlambat. Allah SWT berfirman:

وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَتْبـَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُوْدُهٗ بَغْيًا وَّعَدْوًا ۗ حَتّٰۤى اِذَاۤ اَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ اٰمَنْتُ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا الَّذِيْۤ اٰمَنَتْ بِهٖ بَنُوْۤا اِسْرَآءِيْلَ وَ اَنَاۡ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir’aun dan bala tentaranya mengikuti mereka untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir’aun hampir tenggelam, dia berkata, Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang muslim (berserah diri).”

اٰۤلْـئٰنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ

“Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan.”(QS. Yunus 10: Ayat 90-91)

Kekuasaan yang dimiliki Fir’aun tidak menjadikan dirinya bersyukur dan tunduk pada Allah SWT. Fir’aun malah sombong, kufur dan menentang Allah SWT dengan menahbiskan dirinya menjadi Rabb (Tuhan). Bahkan ketika Allah SWT mengutus Nabi Musa as dan Nabi Harun untuk memberi peringatan padanya, malah akan ditangkap dan dibunuh, maka Allah SWT menenggelamkan dirinya di Laut Merah beserta bala tentaranya dan tidak diterima taubatnya. Karenanya, marilah kita segera bertaubat kepada Allah SWT.

Harta, pangkat, jabatan, kekuasaan sebesar dan setinggi apapun tidak akan bisa menolong diri kita ketika kematian itu datang. Janganlah kekuasaan yang kita miliki menjadikan diri kita seperti Fir’aun, berbuat semena-mena dan berbuat dhalim. Atau kita menjadi sombong dan tidak bisa bersyukur karena melimpahnya harta kekayaan yang dimiliki. Ingatlah, bagaimana Qarun dan harta kekayaannya dikubur oleh Allah SWT dalam perut bumi. Bila saat ini kita seperti itu, maka segeralah bertaubat dan kembali pada Allah SWT dengan tuntuk dan patuh dalam menjalankan perintah-Nya dan melaksanakan syari’at-Nya di seluruh aspek kehidupan.

4. Sifat Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Masih disebutkan dalam Tafsir All-Sa’dy :

وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا } فمِن علمه أنه يعلم صادق التوبة وكاذبها

Frasa (وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا)… Sebagian dari ilmu Allah SWT adalah Dia mengetahui orang yang sungguh-sungguh taubatnya atau hanya berdusta”. Dengan hikmah yang dimiliki-Nya, Allah SWT akan memuliakan siapa saja yang berhak dimuliakan dan menghinakan siapa saja layak dihinakan.

Semoga dengan taubat yang senantiasa kita lakukan, akan menjadikan diri kita mulia di sisi-Nya. Amin…

1 Comment

  • by Chairul Posted July 10, 2018 14:41

    شكرا وجزاكم الله أحسن الجزاء

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *