Jangan Seperti Keledai

By : S. Asadullah (Mudir Ma’had Al Ihsan  Baron)

Allah SWT berfirman:

مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰٮةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًا ۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

“Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Jumu’ah 62: Ayat 5)

Pelajaran yang bisa kita pahami dari ayat tersebut di antaranya adalah :
1. Perumpamaan seperti keledai bagi yang diberi kitab Taurat dan tidak mengamalkannya serta mengembannya.

Dalam ayat tersebut Allah SWT membuat perumpamaan terhadap kaum yang diberi ajaran Kitab Taurat, yakni orang Yahudi dan Nasrani. Mereka diperintahkan untuk membenarkannya, meyakini apa yang ada di dalamnya, dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan. Termasuk bagian dari keyakinan tersebut adalah mengimani kenabian Muhammad SAW, sebagaimana firman-Nya :

وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰٮةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗۤ اَحْمَدُ ۗ فَلَمَّا جَآءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ

“Dan (ingatlah) ketika ‘Isa putra Maryam berkata, Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, Ini adalah sihir yang nyata.”(QS. As-Saff 61: Ayat 6). Akan tetapi mereka tidak meyakininya, bahkan mengingkari dan mendustakannya.

Dalam Tafsir Al-Thabari disebutkan :

يقول تعالى ذكره: مثل الذين أوتوا التوراة من اليهود والنصارى، فحملوا العمل بها(ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا ) يقول: ثم لم يعملوا بما فيها، وكذّبوا بمحمد صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم، وقد أمروا بالإيمان به فيها واتباعه والتصديق به (كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا ) يقول: كمثل الحمار يحمل على ظهره كتبًا من كتب العلم، لا ينتفع بها، ولا يعقل ما فيها

“Perumpamaan bagi orang yang diberi Taurat, baik dari kalangan Yahudi dan Nasrani, kemudian mengamalkannya. Setelah itu mereka tidak mengamalkan apa yang ada di dalamnya dan mendustakan Nabi Muhammad SAW. Padahal mereka diperintahkan mengimani kenabiannya, serta mengikuti dan membenarkannya. Mereka seperti keledai yang memikul kitab ilmu yang tidak bermanfaat sedikitpun dan tidak bisa memahami apa yang ada di dalamnya”.

Perumpamaan seperti ini serupa dengan firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai”[Al-A`raf: 7/179].

Demikianlah perumpamaan kaum Yahudi dalam hal kebodohan mereka tentang Taurat dan keagungan ayat-ayatnya, seperti keledai dalam kebodohan mereka memikul kitab-kitab (di punggungnya), hanyalah akan menjadi beban yang melelahkan. Seekor keledai dengan senang dan bangga mengantarkan manusia dari suatu tempat ke tempat lain dengan memikulnya di atas punggung, atau memikul beban manusia ke suatu tempat yang diinginkan manusia itu. Namun, setelah manusia sampai ke tujuannya atau setelah beban manusia sampai ke tempat dimaksud, keledai yang dengan susah payah menanggung beban tidak lagi disebut jasanya, bahkan nyaris dilupakan begitu saja.

2. Perumpamaan ini termasuk pula orang mukmin yang mengabaikan al-Qur’an.

Para Ulama menjelaskan bahwa ayat ini tidak hanya berlaku pada kaum Yahudi saja, akan tetapi juga mencakup siapapun yang mengabaikan ayat-ayat Allah, termasuk kita Umat Muhammad SAW yang mengabaikan ayat-ayat Al-Qur’ân. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan ayat di atas dengan berkata, “Allâh Azza wa Jalla menggambarkan manusia yang telah ditugasi mengemban kitab suci-Nya untuk diyakini, dicermati, diamalkan, dan didakwahkan. Namun ternyata mereka menyelisihinya, mereka sekedar menghafalnya tanpa tadabbur (penghayatan), tidak mengikuti petunjuknya, tidak pula berhukum dengannya dan mengamalkannya. Sungguh mereka itu ibarat keledai yang membawa kitab-kitab namun tidak memahami isi yang terdapat di dalamnya. Nasib mereka persis sama seperti nasib keledai. Perumpamaan ini sekalipun mengetengahkan contoh kaum Yahudi, akan tetapi maknanya mencakup siapapun yang mengemban kitab suci Al-Qur’ân, akan tetapi tidak mengamalkannya, tidak menunaikan kandungan al-Qur’an atau memperhatikannya sebagaimana mestinya”.[`lâmul Muwaqqi`in `an Rabbil `Alamin 2/288]_

Adalah sebuah kebodohan, kalau kita mengabaikan Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT agar menjadi petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia ditinggalkan begitu saja. Dengan al-Qur’an, kita bisa selamat dan tidak tersesat di dunia ini dan di akhirat kelak mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan.

3. Allah tidak memberi petunjuk bagi orang yang zhalim.

Zhalim menurut bahasa adalah:

وأصله وضعُ الشيء في غير موضعه

“Makna asalnya adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.”(Ash Shihah fil Lughah, 1/438. Aisar At Tafasir, 3/248) Bagi seorang yang zhalim, Kitab (termasuk Al-Qur’an) yang seharusnya diimani, dipelajari, dan diamalkan, mereka tidak melakukannya. Justru yang dilakukan adalah mengabaikan bahkan tidak jarang mengingkarinya.

Dalam Tafsir al-Sa’dy dijelaskan :

وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ } أي: لا يرشدهم إلى مصالحهم، ما دام الظلم لهم وصفًا

“… yakni Allah SWT tidak akan memberi petunjuk pada mereka selama sifat zhalim ada padanya”. Allâh SWT tidak akan membimbing dan memberikan hidayah taufik kepada orang-orang yang menzhalimi diri mereka sendiri dengan mengkufuri ayat-ayat Rabb mereka dikarenakan sifat kezhaliman dan pembangkangan masih menjadi karakter yang melekat pada mereka.

Mudah-mudahan diri kita tidak termasuk seperti yang diumpamakan Allah SWT di ayat tersebut. Semoga Allâh SAW selalu membimbing setiap jejak langkah kita dalam menapaki hidup ini dengan pelita Al-Qur’ân dan cahaya Sunnah Rasul-Nya SAW. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wallahu a’lamu bil-shawab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *