Manusia yang bisa merasa, bisa memahami pengaturan Tuhan di dalam hatinya. Sadar adalah kebutuhan dasar manusia. Kesadaran hidup membuat manusia terhubung dengan petunjuk perbuatan baik dengan hidup yang otomatis baik. Sebaliknya, ketidaksadaran membuat jiwa manusia terlepas dari petunjuk kebaikan, mudah berbuat salah, dan otomatis banyak masalah.
Sobat. Kehidupan sejati bergerak seperti air yang dengan tenang mengalir menuju tujuan kebahagiaan yang dipahami oleh hati, bukan kehidupan yang gaduh tanpa arah dan tujuan yang pasti. Era baru yang sedang kita masuki sekarang menuntut kita untuk lebih cerdas memadukan logika dan intuisi agar cerdas membaca petunjuk kebaikan dan rencana kebahagiaan-Nya.
Sobat. Hati memiliki logika yang tidak mampu dipahami oleh akal pikiran. Kemampuan untuk mengolaborasikan kecerdasan otak dan hati secara optimal adalah seni kehidupan yang perlu Anda kuasai untuk meraih kebahagiaan. Namun, karena sifat pikiran yang mudah terayu oleh ego, maka ia kurang tepat untuk terlalu diandalkan karena memihak pada ego dengan segala kesukaannya.
Adapun sistem navigasi kata hati bisa membantu kita merasakan apa kita berada di Zona Ikhlas bebas hambatan atau Zona Nafsu penuh hambatan. Jika Zona Nafsu penuh hambatan, perasaan yang muncul : Takut, marah, cemas, keluh. Kalau Zona Ikhlas bebas hambatan perasaan yang muncul : Syukur, sabar, fokus, tenang, bahagia. Selalu berada di zona ikhlas ini, maka frekuensi kita akan sering bersinggungan dengan frekuensi Illahi sehingga kerap terjadi berbagai kebetulan dan kejaiban.
“ Kebaikan begitu banyak bertebaran di sekitar kita dan ia hanya bisa dikenali oleh hati yang sengaja memper-hati- kannya.”
Sobat. Hati senang memahami; ego gemar memperdebatkan. Hati senang menyatukan; ego gemar memisahkan. Hati senang memaafkan; ego gemar mempermasalahkan. Hati senang merasa cukup; ego gemar merasa kurang . Hati senang kebersamaan; ego suka menajamkan perbedaan. Hati senang berhati-hati; ego suka tergesa-gesa. Hati senang ‘mengalah untuk menang’ ; ego suka yang penting menang. Hati senang berserah diri; ego suka dengan caranya sendiri. Temukanlah nada ikhlas sejati yang hanya bisa terdengar dan terukur di dalam dada.
Sobat. Hati yang jiwanya bersih dan dihiasi dzikir kepada Allah SWT, serta bersih dari noda syahwat dan sifat-sifat tercela, ia disebut al-nafs al-muthma’innah ( jiwa yang tenang). Inilah yang disebut oleh Allah dalam QS al-Fajr (89) ayat 27 :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
“ Hai jiwa yang tenang.” ( QS. 89 : 27 ).
Sobat. Jika nafsu belum mencapai derajat ini, maka bisa digolongkan ke dalam salah satu dari dua jenis nafs berikut :
Pertama, Al-nafs al-lawwamah ( Jiwa yang selalu memaki atau mencela ). Jiwa ini mencela kemaksiatan, tidak cenderung kepadanya, dan tidak menyukainya. Kedua, Al-nafs amarah. Jiwa yang selalu menyuruh kepada kejelekan, sebagaimana ditunjukkan dalam firman Allah SWT :
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
“dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” ( QS. 12 : 53 )
Sobat. Hati bagaikan raja atau penguasa dan anggota tubuh lainnya adalah rakyatnya. Hati seharusnya menjadi pemimpin yang ditaati. Jiwa dan seluruh bagian tubuh harus taat pada perintah dan larangannya. Kalau mereka tidak taat dan kemudian syahwat muncul sebagai kekuatan yang dominan, maka hati yang seharusnya memimpin menjadi yang dipimpin.
Karenanya, ketika seorang tunduk dan mengikuti kekuatan syahwatnya yang rakus, sadar atau tidak sadar, ia akan melihat dirinya seperti orang yang bersujud di depan babi atau keledai. Jika ia tunduk dan mematuhi amarah, ia akan melihat dirinya bersujud di hadapan Anjing. Begitu banyak orang yang tunduk kepada keledai, ketika mereka dikuasai syahwat. Banyak pula yang tunduk patuh kepada Babi, ketika kerakusan berkuasa. Secara umum, mereka tunduk patuh kepada syetan yang diberi kekuasaan atas manusia. Demikian penjelasan al-Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumiddin.
Sobat. Hati bagaikan cermin. Selama cermin itu bersih dari kotoran dan karat, ia akan menampakkan banyak hal. Namun, jika hati telah dipenuhi kotoran dan karat dan tidak ada sesuatu pun yang bisa menghilangkannya, maka ia tidak akan bisa memancarkan kilau.
Rasulullah SAW bersabda : “ Sesungguhnya hati akan menjadi karatan seperti besi.” Seseorang bertanya,” Dengan apa membersihkannya?” Nabi SAW menjawab,” Dengan mengingat mati dan membaca Al-Quran.”
Sobat. Rasa senang di dalam hati membuahkan solusi. Rasa Tenang di dalam pikiran menciptakan kreasi. Rasa menang di dalam tindakan memudahkan rencana aksi. Kecerdasanmu tidak terletak di akalmu, tetapi di hatimu yang tenang.
Salam dahsyat dan luar biasa !
( Spiritual Motivator – DR.N.Faqih Syarif H,M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Majelis Kyai PP Al-Ihsan Baron Nganjuk Jatim. Sekretaris Komnas Pendidikan Jawa Timur. )