By : S. Asadullah (Mudir Ma’had Al Ihsan  Baron)

Allah SWT berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 18)

Pelajaran yang bisa dipahami dari ayat tersebut, di antaranya :
1. Sikap taqwa dan melihat hari esok (akhirat) membutuhkan keimanan.
Ayat tersebut diawali dengan seruan pada orang-orang yang beriman, يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا . Seruan ini sifatnya mengingatkan (التذكير) karena perintah Allah SWT yang disampaikan membutuhkan keimanan yang kokoh dalam melaksanakannya.

Keimanan merupakan dasar ketakwaan. Keyakinan pada Allah SWT yang melandasi dan mendorong seorang mukmin melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya yang merupakan inti ketakwaan. Begitu juga dalam mempersiapkan diri untuk hari esok (akhirat) membutuhkan keimanan yang prima. Tanpa keimanan yang kuat, maka akan sulit dilakukan. Mengapa? karena kebanyakan manusia beramal hanya untuk kepentingan dan kebutuhannya di dunia yang singkat saat ini. Manusia mudah tergoda dengan indahnya gemerlap dunia sehingga terkadang apapun akan dilakukan demi untuk memenuhi keinginan dunianya, tanpa berpikir apa akibat perbuatannya kelak di akhirat. Imam Ali ra. berkata :

ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً ، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ

“Kehidupan dunia bergegas menjauh, sedang akhirat kian mendekat, dan masing-masing memiliki pengikut, maka jadilah pengikut akhirat, serta janganlah engkau menjadi pengikut dunia. Karena sejatinya sekarang ini adalah waktu untuk beramal tanpa ada hisab, sedangkan esok (di akhirat) adalah waktu hisab dan bukan beramal.” [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 8:155]

2. Perintah memperhatikan hari esok dan mempersiapkannya.
Di dalam ayat ini Allah menggunakan kata غَد (besok) untuk menyebut hari Kiamat/Akhirat. Mengapa? Karena waktu datangnya kiamat memang dekat. Selain Kiamat Kubra, ada kiamat yang harus menjadi perhatian kita, yakni kematian, kiamat kecil (shughra). Kematian yang bisa datang menjemput kita kapan saja dan dimana saja ketika ajal sudah tiba. Dalam Tafsir al-Qurthubi disebutkan :

والعرب تكني عن المستقبل بالغد . وقيل : ذكر الغد تنبيها على أن الساعة قريبة ; …قال الحسن وقتادة : قرب الساعة حتى جعلها كغد . ولا شك أن كل آت قريب ; والموت لا محالة آت

Orang Arab menyebut masa mendatang dengan istilah besok (غد) . Dikatakan : penyebutan besok (غد) sebagai tanbih (peringatan) bahwa kiamat (الساعة) dekat. Imam Al-Hasan dan Qatadah berkata : Saking dekatnya kiamat (الساعة) hingga menjadikannya seperti besok. Tidak diragukan bahwa segala sesuatu yang pasti datangnya adalah dekat. Kematian tidak mustahil/pasti datangnya.” Karenanya, marilah kita persiapkan diri kita untuk menyongsong hari esok tersebut dengan melakukan ketaatan dan ketakwaan. Dalam Tafsir al-Sa’dy disebutkan :

يأمر تعالى عباده المؤمنين بما يوجبه الإيمان ويقتضيه من لزوم تقواه، سرا وعلانية، في جميع الأحوال، وأن يراعوا ما أمرهم الله به من أوامره وشرائعه وحدوده، وينظروا ما لهم وما عليهم، وماذا حصلوا عليه من الأعمال التي تنفعهم أو تضرهم في يوم القيامة، فإنهم إذا جعلوا الآخرة نصب أعينهم وقبلة قلوبهم، واهتموا بالمقام بها، اجتهدوا في كثرة الأعمال الموصلة إليها، وتصفيتها من القواطع والعوائق التي توقفهم عن السير أو تعوقهم أو تصرفهم،

“Allah Ta’ala memerintahkan kepada hamba-Nya yang beriman untuk memenuhi hal-hal yang dapat mewujudkan iman dan takwa, baik amalan yang dilakukan secara tersembunyi ataukah terang-terangan dalam setiap keadaan. Hendaklah mereka memperhatikan perintah, syariat, dan batasan-batasan Allah. Hendaklah mereka perhatikan kebaikan dan keburukan yang mereka akan peroleh kelak. Hendaklah mereka memikirkan apa buah yang diperoleh dari amalan mereka kelak di hari kiamat. Apakah akan menuai hasil yang baik ataukah malah akan membahayakan karena kejelekan yang dilakukan. Jika seseorang menjadikan akhirat sebagai tujuan di hadapannya dan jadi tambatan hati, terus bersungguh-sungguh untuk menempuh jalan menuju akhirat. Bersungguh-sungguhlah dengan melakukan banyak amalan yang dapat mengantarkan pada akhirat. Lalu bersihkanlah jalan tersebut dari berbagai duri dan rintangan.” (Taisiru al-Karimi al- Rahman, hal. 853)._

Selain itu, kita juga harus senantiasa melakukan instropeksi diri pada keimanan dan amal perbuatan kita.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan :

ولتنظر نفس ما قدمت لغد”
أي حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا وانظروا ماذا ادخرتم لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم معادكم وعرضكم على ربكم “

“yakni hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Lihatlah amalan shalih apa yang telah kalian persiapkan sebagai bekal untuk hari akhirat dan menghadap Allah Rabb kalian.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 235).

Muhasabah diri yang kita lakukan akan menjadikan diri kita selalu waspada dan berhati-hati dalam beramal. Mengapa ? Karena seluruh apa yang kita lakukan, bahkan apa yang terbersit di hati, pasti diketahui oleh Allah SWT, Dzat Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Syaikh al-Sa’dy menjelaskan :

وإذا علموا أيضا، أن الله خبير بما يعملون، لا تخفى عليه أعمالهم، ولا تضيع لديه ولا يهملها، أوجب لهم الجد والاجتهاد..

“Jika mereka pun yakin, Allah itu Maha Tahu terhadap apa yang mereka kerjakan, Allah Maha Tahu terhadap apa yang mereka sembunyikan. Allah tidak mungkin lalai dari memperhatikan mereka. Dari sini, semestinya kita semakin serius dan sungguh-sungguh dalam beramal.”

Wallahu a’lam bish-showab

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *