Kemarin, kamis 4 Januari 2018 menjelang maghrib sampai dengan sekitar pukul 20.30 saya kedatangan tamu dari Sydney Australia Ustadz Abu Fatih yang diantar oleh sahabat saya Kyai Hasbi Harokan dari Malang. Selain silaturahim beliau ingin menyekolahkan 2 putrinya di pondok pesantren tahfidzul qur’an yang kita miliki, yakni Villa Qur’an. Selain berdiskusi tentang program tahfid serta metodologi apa yang kita gunakan untuk menghafalkan al-Qur’an, kami juga mendiskusikan banyak hal baik terkait dengan pendidikan, baik sekolah umum maupun boarding school (pondok pesantren) sampai dengan bagaimana pengaturan kehidupan secara umum di Australia termasuk perkembangan dakwah disana.
Yang tidak kalah menarik dari diskusi tersebut, selain membicarakan soal tahfidz adalah Pertama, terkait paham freedom, kebebasan. Sebagai negara sekuler kapitalis (Ausi biasa disebut) mengharuskan dan menjamin kebebasan bagi rakyatnya. Oleh karena itu, maka meniscayakan adanya kebebasan dalam berbagai bidang, baik perilaku, pendapat atau lainnya (kepemilikan, beragama). Semua kebebasan tersebut dijamin oleh undang-undang. Orang bisa mengumpat, marah-marah, ibadah, dakwah atau melakukan apa saja sesuka dia asal tidak melanggar hak orang lain. Kedua, terkait perlakuan terhadap orang tua yang sudah pensiun yang tidak mampu lagi bekerja. Naudzublillah mindzalik, ternyata hanya ada dua tempat saja bagi mereka, yakni indihome (rumah sakit) dan panti jompo. Sangat sedikit diantara mereka yang dirawat oleh anak-anaknya karena tingginya biaya hidup dan mahalnya property di sana, termasuk tentu karena tidak memiliki pemahaman yang sama dengan kita miliki yakni islam yang mengatur tentang birrul walidain. Ketiga, Bekerja. Rata-rata mereka bekerja hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup mereka. Penyerapan terbesar dari dana besar yang dia dapat dari bekerja adalah untuk beli property yang harganya sangat mahal. Dengan pembayaran secara kredit (baca dengan sistem ribawi) dengan durasi pembayaran yang cukup lama 30 tahun, 40 tahun dll. Hasil penjualan properti setelah mereka lunasi itulah yang rata-rata digunakan untuk biaya masa tua, yakni untuk masuk RS atau panti jompo saat tidak produktif lagi. Keempat, Sekolah. Untuk sekolah islam favorit, maka principle (kepala sekolah) di bawah kendali pemerintah sehingga dipegang non muslim. Sementara untuk sekolah-sekolah islam yang gradenya di bawahnya, dipegang dan dikelola oleh kaum muslimin sendiri.
Itu sekelumit yang menurut saya perlu saya catat, meski masih banyak diskusi yang kami lakukan dengan suasana santai dan penuh kekeluargaan. Kita bersyukur hidup di Indonesia dan juga bersyukur karena kita tidak hanya mengenal, tetapi juga memahami dan menjalankan syariat Islam yang dibawa oleh baginda Rasulullah Muhammad SAW dengan seperangkat aturan kehidupan yang termaktub paham al Qur’an, as Sunnah, serta yang ditunjuk oleh keduanya yakni ijma’ dan qiyas. Sebuah ajaran yang paripurna, sempurna dalam mengatur kehidupan manusia.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan berkah atas kehidupan yang kita jalani saat ini, Aamiin.
Salam Sukses Berkah.